Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan makroalga

Baca Juga

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan makroalga - Makroalga merupakan biota yang sangat penting dalam ekosistem terumbu karang  karena  berperan  sebagai  produsen  primer. Suhu perairan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mempelajari gejala-gejala fisika air laut dan perairan yang dapat mempengaruhi kehidupan hewan dan tumbuhan pada perairan tersebut.  Suhu perairan mempengaruhi laju fotosintesis.

Suhu perairan yang optimal untuk laju fotosintesis berbeda pada setiap jenis. Diperairan tropis  perbedaan  atau  variasi  suhu  air  laut  sepanjang  tahun  tidak  besar,  suhu permukaan laut berkisar antara 27 dan 32°C.  Tiap-tiap spesies dari alga laut membutuhkan suhu yang berbeda untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu terdapat sedikit perbedaan jenis alga laut yang tumbuh di daerah tropis, daerah subtropis maupun di daerah dingin.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan makroalga


Perubahan suhu yang nyata bagi alga laut dapat menghambat pertumbuhan baik berupa perubahan morfologi maupun fisiologinya bahkan dapat mematikannya.

Secara prinsip suhu yang tinggi dapat menyababkan protein mengalami denaturasi, serta dapat merusak enzim dan membran sel yang bersifat labil terhadap suhu yang tinggi. Pada suhu yang rendah, protein dan lemak membran dapat mengalami kerusakan sebagai akibat terbentuknya kristal di dalam sel.

Suhu berperanan penting bagi pertumbuhan dan  perkembangan  alga. Temperatur  optimal  untuk  tumbuhan alga dapat  dibagi  menjadi 4  kelompok,  yaitu: berkisar  0–10  °C  untuk  alga di  daerah beriklim  hangat  dan  15°C–30°C  untuk  alga  hidup  di  daerah  tropis.  Pertumbuhan yang baik untuk alga di daerah tropis adalah 20°C–30°C.

1.  Salinitas organisme laut
Salinitas adalah jumlah (gram) zat-zat yang larut dalam kilogram air laut dimana dianggap semua karbonat-karbonat telah diubah menjadi oksida, brom, dan ion diganti oleh clor dan semua bahan-bahan organik telah dioksidasi secara sempurna.  Salinitas perairan untuk organisme laut merupakan faktor lingkungan yang penting.

Setiap organisme laut memiliki toleransi ya ng berbeda terhadap salinitas untuk kelangsungan hidupnya. Menyatakan salinitas berhubungan erat dengan tekanan osmotik yang mempengaruhi keseimbangan tubuh organisme akuatik.

Salinitas merupakan ukuran bagi jumlah zat padat yang larut  dalam  suatu  volume  air  dan  dinyatakan  dalam  permil,  di  perairan  samudera salinitas  biasanya  berkisar  antara  34-350/00.   Di  perairan  Pantai  karena  terjadi pengenceran,  misalnya  karena  pengaruh  aliran  sungai,  salinitas  bisa  turun  rendah. Sebaliknya  di  daerah  dengan  penguapan  yang  sangat  kuat,  salinitas  bisa  meningkat tinggi.

Makroalga  umumnya hidup  di laut  dengan  salinitas  antara  30-32 0/00,  namun  banyak  jenis  makro  alga  hidup  pada kisaran  salinitas yang lebih  besar. Salinitas  berperan  penting  dalam kehidupan makroalga.  Salinitas  yang  terlalu  tinggi  atau  terlalu  rendah  akan  menyebabkan gangguan pada proses fisiologis.

Di dalam rumput laut Eucheuma sp. tumbuh berkembang dengan baik pada salinitas yang tinggi. Penurunan salinitas akibat masuknya air tawar dari sungai dapat menyebabkan pertumbuhan rumput laut Eucheuma sp menurun. Kisaran salinitas yang baik bagi pertumbuhan Eucheuma sp adalah 30-35 ppt.

Salinitas perairan untuk budidaya rumput laut jenis Eucheuma sp, berkisar antara 28-34 ppt. Sedangkan menurut Soegiarto et al., (1978), kisaran salinitas yang baik untuk Eucheuma sp adalah 32-35 ppt. Apabila salinitas berada dibawah 30 ppt  maka akan merusak rumput laut yang ditandai dengan timbulnya warna putih diujung-ujung tanaman.

2.  Derajat Keasaman alga laut
Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan alga laut, sama halnya dengan faktor-faktor lainnya. Kisaran pH maksimum untuk kehidupan organisme laut adalah 6,5-8,5. Chapman (1962) in Supit (1989)  menyatakan bahwa hampir seluruh alga  menyukai kisaran pH 6,8-9,6 sehingga pH bukanlah masalah bagi pertumbuhannya.

Selanjutnya Kylin (1927) in Supit (1989) menemukan daya tahan alga laut yang tersebar yaitu pada pH 3,6-10. Namun menurut Rao dan Mehta (1973) in Supit (1989), ada alga laut yang memerlukan kondisi pH perairan yang khas baginya.

Makroalga hidup di daerah litoral dan sublitoral dengan  penetrasi  cahaya  matahari  dapat  mecapai  kedalaman  hingga  200  m,  namun sebagian besar makroalga dijumpai pada kedalaman 0–30 meter. Makroalga  dapat  tumbuh  dikedalaman  perairan  1-200  m  tetapi kehadiran jenisnya banyak dijumpai di paparan terumbu karang pada kedalaman 1-5 m.

Keberadaan  suatu  spesies  makroalga  pada kedalaman  tertentu  dipengaruhi  oleh  penetrasi  cahaya  matahari.  Alga  hijau  yang mengabsorbsi cahaya merah (650 µm) dan biru (470 µm) terdapat dalam jumlah yang melimpah pada kedalaman 0-5 m dimana penetrasi cahaya merah mencapai batas maksimum  pada  kedalaman  tersebut.

Sedangkan  alga  coklat  mengandung  pigmen fukosantin yang menyerap cahaya hijau (500 µm  -550 µm) dan juga memiliki klorofil-c yang  menyerap  cahaya  merah  (630  µm-638  µm).  Sedangkan  alga  merah  memiliki klorofil-a dan fikobili yang mengabsorbsi cahaya hijau (500 µm - 650 µm) dan ditemukan di  tempat  yang  lebih  dalam  yaitu  pada  kedalaman  0-15  m. 

Substrat perairan merupakan dasar perairan dimana alga laut dapat tumbuh  dan berkembang dengan baik. Penyebaran alga laut dan kepadatannya di suatu perairan tergantung pada tipe substrat, musim dan komposisi jenis. Jenis-jenis substrat yang dapat ditumbuhi oleh alga laut adalah pasir, lumpur dan pecahan karang.

Tipe substrat yang paling baik bagi pertumbuhan alga laut adalah campuran pasir, karang dan pecahan karang.  Pada substrat perairan yang lunak seperti pasir dan lumpur, akan banyak dijumpai jenis jenis alga laut Halimeda sp, Caulerpa sp, Gracillaria sp.

Sedangkan dasar perairan yang bersubstrat keras seperti karang hidup, batu karang dan pecahan karang akan banyak di jumpai spesies-spesies alga laut Sargassum sp, Turbinaria sp, Ulva sp, dan Entermorpha sp.

Sedikitnya alga laut yang terdapat pada perairan dengan dasar pasir atau berlumpur, disebabkan karena terbatasnya benda keras yang cukup kokoh untuk tempat melekatnya. Susunan kimia dari substrat tidak mempengaruhi kehidupan alga laut, hanya sebagai tempat melekatnya alga laut pada dasar perairan. Alga laut Eucheuma sp paling baik pertumbuhannya adalah pada dasar perairan berkarang.

3.  Interaksi Makroalga dengan Ekosistem Terumbu Karang
Makroalga merupakan salah satu organisme tingkat rendah yang keberadaannya sangat melimpah, termasuk di negara Indonesia yang menjadi habitat bagi 88 spesies alga dari seluruh alga yang ada di dunia. Terumbu  karang  memiliki  peran yang  sangat  besar,  karena  itu  kerusakan ekosistem  terumbu karang dapat mengakibatkan terganggunya seluruh kehidupan  di laut dan pantai yang ada di wilayah tersebut.

Ekosistem terumbu karang menyediakan sumber daya alam yang sangat produktif, baik sebagai sumber kehidupan, sumber pangan, tambang mineral, dan pariwisata. Salah satu bagian dari ekosistem tersebut dan memiliki peranan penting bagi kehidupan beranekaragam biota laut. Salah satu biota laut yang terdapat di ekosistem ini adalah kelompok dari makroalga.

Pencemaran oleh berbagai  macam  limbah  di  pantai  dapat mengganggu kelangsungan hidup terumbu karang  yang  memerlukan  perairan  yang bersih. Aktivitas  penambangan  batu karang  sebagai  bahan  bangunan  dan hiasan.

Penangkapan  ikan  dengan menggunakan  bahan  peledak dan bahan kimia beracun juga merupakan faktor yang mengancam  kelestarian terumbu karang. Selain itu, peningkatan suhu bumi juga  merupakan  ancaman  yang  cukup berbahaya  bagi  terumbu  karang.

Keberadaan makroalga berperan penting dalam proses-proses yang berlangsung di perairan pantai sebagai tempat mencari makan dan persinggahan bagi berbagai tumbuhan serta hewan, memperkaya produksi primer di perairan pantai, sebagai stabilisator sedimen dan garis pantai, sebagai tempat memijah, asuhan dan habitat bagi berbagai jenis ikan invertebrata lainnya.

Selain itu, makroalga atau ganggang yang berada pada terumbu karang dan di sekitar area perairan estuari berperan sebagai tempat terkumpulnya nutrien, penyaring nutrien dan pemasukan unsur-unsur zat hara bagi lingkungan perairan di sekitarnya.

Keterkaitan ekosistem terumbu karang dengan makroalga sangat erat, disatu sisi memberikan  dampak  positif  namun  di  sisi  lain  dapat  memberikan  dampak  negative dan Positifnya. Akan  tetapi  kemampuannya  untuk tumbuh  secara  cepat,  berdampak  negatif  terhadap  komunitas  karang  yang tumbuhnya lambat, sehingga jika pertumbuhannya tidak dikendalikan maka faktor yang mempengaruhi pertumbuhan makroalga  mendominasi  ekosistem  terumbu  karang  dan  pada  akhirnya mengancam keberadaan terumbu karang di perairan.

0 Response to "Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan makroalga"

Posting Komentar