Baca Juga
Burung rangkong merupakan kelompok burung yang mudah dikenali karena memiliki ciri khas berupa paruh yang besar dengan struktur tambahan di bagian atasnya yang disebut balung (casque). Casque sering disebut juga dengan istilah tanduk. Burung rangkong di Indonesia yang terbanyak terdapat di Pulau Sumatera dengan jumlah 10 jenis, disusul Pulau Kalimantan 9 jenis, dan Pulau Jawa 3 jenis.
Burung rangkong adalah burung yang memiliki tubuh berukuran besar, pada umumnya warna bulu didominasi warna hitam, coklat dan putih. Burung rangkong yang terdapat di Indonesia memiliki ukuran tubuh berkisar antara 40 cm sampai 150 cm, dengan rangkong terberat mencapai 3,6 kg.
Keberadaan tanduk atau casque pada burung rangkong merupakan bentuk perbedaan jenis kelamin antara jantan dengan betina. Burung rangkong jantan memiliki tanduk lebih besar dan berwarna terang dibandingkan burung rangkong betina. Tanduk pada burung rangkong akan mengalami perkembangan seiring dengan pertambahan umurnya.
Morfologi burung rangkom yaitu warna bulu pada bagian kepala dan leher cukup bervariasi. Beberapa jenis burung rangkong memiliki warna bulu leher yang mencolok, bulu leher ini berfungsi sebagai pembeda jenis kelamin jantan dengan betina, seperti julang emas. Pada leher terdapat kulit tanpa bulu berada pada bagian pangkal rahang bawah dan pada beberapa jenis juga berwarna mencolok.
Bagian ini berfungsi sebagai penyimpan buah yang masak sebelum ditelan. Pada musim berbiak, bagian ini akan berfungsi sebagai kantung pembawa buah masak untuk disuapkan kepada betina yang sedang mengerami telurnya.
Pada bagian mata terdapat iris berfungsi sebagai pembeda jenis kelamin jantan dengan betina. Burung rangkong jantan memiliki warna iris lebih mencolok dibandingkan rangkong betina, seperti rangkong badak jantan memiliki iris berwarna merah, sedangkan rangkong badak betina berwarna putih kebiruan. Warna bulu pada bagian badan burung rangkong didominasi oleh warna hitam dan warna putih pada bagian ekor. Warna bulu sayap dan dada bervariasi. Kaki burung rangkong pada umumnya berwarna hitam.
Keberadaan burung rangkong di Indonesia ini merupakan sebuah kebanggaan karena burung ini menjadi maskot fauna dari Provinsi Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan yaitu enggang gading (Rhinoplax vigil) dan julang Sulawesi (Aceros cassidix). Seluruh jenis burung rangkong yang ada di Indonesia merupakan satwa yang dilindungi.
Sehubungan dengan diterbikannya Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar menyebutkan bahwa semua jenis Family Bucerotidae dilindungi Undang-Undang. Sehubungan dengan itu, IUCN (International Union for Conservation of Nature) dalam Buku Merah yang dikeluarkan pada tahun 2008, menjelaskan burung rangkong Indonesia sebagian besar berstatus hampir punah dan rentan, sementara beberapa jenis burung rangkong lainnya berstatus kurang informasi.
Jenis Spesies Burung Rangkong
Burung rangkong yang terdapat di Indonesia terdiri atas 7 Genus dari Family Bucerotidae, Ordo Coraciiformes, Class Aves, Superclass Tetrapoda, Subphylum Vertebrata, Phylum Chordata, Kingdom Animalia. Ketujuh Genus memiliki spesies tersendiri, perbedaan antara Genus adalah sebagai berikut:
1. Spesies Genus Anthracoceros
Genus Anthracoceros memiliki ukuran tubuh mulai 55-65 cm dengan berat tubuh 600-1.050 gram. Semua spesies berkembang biak sebagai pasangan tunggal tetapi kadang-kadang ditemukan dalam kelompok. Genus ini terdiri dari dua spesies yaitu; Kangkareng perut putih (Anthracoceros albirostris) dan kangkareng hitam (Anthracoceros malayanus).
Kangkareng perut putih (Anthracoceros albirostris) memiliki ukuran tubuh lebih kurang 45 centimeter. Tubuh berwarna hitam-putih, hampir seluruh bulunya berwarna hitam. Kepala berwarna hitam, paruh dan tanduk berwarna putih-kuning dengan bintik putih pada pangkal rahang bawah dan tanduk bagian depan. Tanduk pada jantan lebih besar dan warnanya lebih cemerlang dibandingkan betina. Matanya memiliki iris berwarna coklat dan kulit di sekitar mata tidak berbulu, tenggorokan berwarna putih.
Kangkareng perut putih memiliki sayap yang didominasi oleh warna hitam dan pada ujung sayapnya berwarna putih. Bulu pada bagian perut bawah dan paha berwarna putih. Ekor berwarna putih dan terdapat warna hitam lebar membujur pada bagian atas ekor. Kakinya berwarna hitam. Kangkareng perut putih (Anthracoceros albirostris) memiliki suara yang keras, suaranya “Ayak-yak-yak-yak” yang tidak putus-putus. Habitatnya di hutan primer dan sekunder. Kebiasaannya berpasangan atau kelompok yang ribut, mengepak-ngepak atau meluncur di antara pepohonan.
Kangkareng hitam (Anthracoceros malayanus) memiliki ukuran tubuh lebih kurang 75 centimeter. Warna bulu didominasi oleh warna hitam. Kepala dan leher berwarna hitam. Paruh dan tanduk berwarna putih pada jantan sedangkan pada betina berwarna kehitaman. Tanduk pada jantan lebih besar dibandingkan betina. Matanya memiliki iris berwarna coklat kemerahan. Kangkareng hitam (Anthracoceros malayanus) memiliki sayap berwarna hitam.
Bulu pada bagian dada dan paha berwarna hitam. Bulu ekor berwarna hitam dan ekor terluar berujung putih, kakinya berwarna hitam. Kangkareng hitam memiliki suara geraman yang serak. Penyebarannya agak tidak umum di hutan primer dataran rendah, hutan bekas tebangan, dan hutan rawa di bawah ketinggian 500 mdpl. Kebiasaan mencari makan berpasangan pada tajuk atas dan tajuk tengah di hutan lebat.
2. Spesies Genus Buceros
Genus Buceros memiliki salah satu spesies yang terbesar dari burung rangkong di Asia. Genus ini terdiri dari dua spesies yaitu; rangkong papan (Buceros bicornis) dan rangkong badak (Buceros rhinoceros). Rangkong papan (Buceros bicornis) memiliki ukuran tubuh mulai 95-105 cm dengan berat tubuhnya sampai 3.400 gram, sedangkan rangkong badak (Buceros rhinoceros) memiliki ukuran tubuh mulai 80-90 cm dengan berat tubuhnya sampai 2.500 gram.
Rangkong papan (Buceros bicornis) memiliki ukuran tubuh 125 cm. Warna bulu didominasi oleh warna hitam dan krem. Paruh dan tanduk berwarna kuning. Bulu pada bagian muka berwarna hitam, leher berwarna putih kekuningan. Mata memiliki iris berwarna merah pada jantan dan keputih-putihan pada betina. Rangkong papan (Buceros bicornis) memiliki sayap berwarna hitam dengan garis putih kekuningan-kuningan.
Bulu pada bagian dada berwarna hitam dan paha berwarna putih. Ekor berwarna putih dan terdapat warna hitam lebar melintang pada ekor. Kakinya berwarna hitam. Burung rangkong papan memiliki suara yang keras, suaranya “gok” atau “wer-gok”, lebih kasar dari rangkong badak. Kebiasaan umumnya berpasangan dan terbang ribut di atas hutan. Makan dan istirahat pada tajuk hutan primer, hutan bekas tebangan, dan hutan rawa. Habitatnya hutan primer dan sekunder.
Rangkong badak (Buceros rhinoceros) memiliki ukuran tubuh 110 cm, bulu berwarna hitam dan putih. Rangkong badak memiliki paruh dan tanduk besar di atas paruh berwarna merah-kuning. Paruh berwarna kuning berpangkal merah dengan tanduk melengkung ke atas. Kepala, punggung, sayap dan dada berwarna hitam. Mata memiliki iris berwarna merah pada jantan dan putih kebiruan pada betina. Perut dan paha berwarna putih. Ekor rangkong badak berwana putih mencolok dengan garis hitam lebar melintang. Kakinya berwarna abu-abu kehijauan.
Suaranya “honk” kasar, diulangi oleh jantan dan betina dalam nada yang berbeda. Sering disuarakan terdengar seperti “honk-hank,…”. Juga suara tajam: “gak” sewaktu akan terbang. Penyebaran rangkong badak di hutan dataran rendah dan perbukitan. Kebiasaannya pasangan menempati tajuk pohon tertinggi. Mengeluarkan suara deruan dahsyat ketika terbang mengepakkan sayap.
Genus Aceros memiliki ukuran tubuh mulai 65-100 cm dengan berat tubuh 1,000-2,600 gram. Genus Aceros merupakan yang paling berwarna-warni dari spesies rangkong. Genus ini terdiri dari tiga spesies yaitu; julang Sulawesi (Aceros cassidix) dan julang jambul hitam (Aceros corrugatus) dan enggang jambul putih (Aceros comatus).
Julang Sulawesi (Aceros cassidix) memiliki tubuh dan sayapnya berwarna hitam. Memiliki sebuah tanduk (casque) yang sangat besar di atas paruh. Tanduk (casque) julang Sulawesi jantan berwarna merah, sedangkan betina berwarna kuning. Paruhnya berwarna kuning pada kedua jenis kelamin dan ada sebuah kantung biru pada tenggorokan dengan sebuah gari gelap melintanginya.
Penyebaran julang jambul hitam di hutan dataran rendah dan hutan rawa, sampai ketinggian 1.000 mdpl. Kebiasaannya hidup sendirian atau berkelompok. Kebanyakan mencari makan pada tajuk atas pohon ara. Terbang tinggi di atas hutan, menuju pohon tempat bertengger pada malam hari.
Enggang jambul putih (Aceros comatus) memiliki ukuran tubuh 85 cm, berwarna hitam dan putih. Enggang jambul memiliki mahkota berbulu putih halus. Kedua jenis kelamin memiliki mahkota, ekor dan pinggiran belakang sayap berwarna putih.
Enggang jambul jantan memiliki tenggorokan dan leher berwarna putih, sedangkan pada betina berwarna hitam. Iris berwarna kuning, paruh berwarna abu-abu dan kaki berwarna hitam. Suaranya nyaring bergaung, seperti burung merpati: “kuk-kuk”, “kuk-kuk-kuk” atau lembut tunggal “hao”, nada pertama yang panjang. Penyebaran lokal enggang jambul putih terdapat di beberapa tempat di perbukitan, di dua pertiga bagian utara Sumatera dan setengah bagin utara Kalimantan.
4. Spesies Genus Rhyticeros
Genus Rhyticeros memiliki bulu berwarna hitam berkilau, kepala dan leher berwarna krem atau cokelat. Kulit pada bagian leher dan di sekitar mata tidak berbulu dengan warna bervariasi. ekor berwarna putih kecuali ekor julang Sumba (Rhyticeros everetti) berwarna hitam. Genus ini terdiri dari empat spesies yaitu; julang emas (Rhyticeros undalatus), julang dompet (Rhyticeros subruficollis), julang Sumba (Rhyticeros everetti) dan julang Papua (Rhyticeros plicatus).
Julang emas (Rhyticeros undulatus) memiliki ukuran tubuh 100 cm. Kepala julang emas jantan berwarna krem dan kantung leher kuning tidak berbulu dengan setrip hitam khas. Julang emas betina memiliki kepala dan leher berwarna hitam, kantung leher biru. Mata memiliki iris berwarna merah, paruh berwarna kuning dengan tanduk kecil kerenyut. Julang emas jantan dan betina memiliki punggung, sayap dan perut berwarna hitam. Bulu ekor berwarna putih, kaki berwarna hitam.
Julang emas memiliki suara salakan ganda seperti anjing, suaranya “ku-guk” diulang-ulang, pendek dan parau. Penyebaran Julang emas di Kalimantan dan Sumatera, umumnya di hutan dataran rendah dan perbukitan sampai ketinggian 2.000 mdpl. Kebiasaannya terbang berpasangan atau dalam kelompok kecil di atas hutan. Sering berbaur dengan rangkong yang lain di pohon yang berbuah.
Julang dompet (Rhyticeros subruficollis) memiliki ukuran tubuh 90 cm. Kedua jenis kelamin mirip julang emas (Rhyticeros undulatus), tetapi ukurannya lebih kecil. Julang dompet tidak memiliki garis gelap pada kantung leher dan tanpa kerenyut pada paruh bawah. Mata memiliki iris berwarna merah, paruh berwarna coklat tersapu krem pada pangkal, dengan penonjolan tanduk yang datar. Bulu ekor berwarna putih dan kaki berwarna kehitam. Suaranya “kek-kek-kek” kasar dalam nada lebih tinggi dari pada suara julang emas.
Julang Sumba (Rhyticeros everetti) memiliki ukuran tubuh 70 cm, warna bulu didominasi oleh warna hitam. Julang Sumba jantan memiliki kepala dan leher berwarna merah-karat, sedangkan betina berwarna hitam. Julang Sumba merupakan burung endemik di Sumba, Nusa Tenggara Timur. Suaranya seperti nada ketukan parau berulang-ulang; suara dua nada singkat, “erm-err” dan “kokokokokokokoko”. Habitnya di hutan primer dan hutan sekunder.
Julang Papua (Rhyticeros plicatus) memiliki ukuran tubuh 76-91 cm, tubuh berwarna hitam. Kepala betina berwarna hitam, pada jantan dan remaja kepala dan lehernya berwarna putih. Bulu ekor berwarna putih. Suaranya ketika terbang “wus-wus” sangat keras setiap kali dikepakkan, seperti suara “puf-puf” lokomotif uap.
5. Spesies Genus Rhinoplax
Genus Rhinoplax merupakan burung rangkong terbesar dan paling aneh dari seluruh Family Bucerotidae. Genus Rhinoplax memiliki ukuran tubuh mulai 110-120 cm dengan tambahan 20-30 cm di bulu ekor tengah, berat tubuhnya 2.600-3.100 gram. Genus ini terdiri dari satu spesies yaitu rangkong gading (Rhinoplax vigil).
Rangkong Gading (Rhinoplax vigil) memiliki ukuran tubuh 120 cm, ditambah 50 cm pita pada ekor tengah, berwarna coklat dan putih. Rangkong gading memiliki pita yang sangat panjang pada ekornya. Ciri khasnya ekor berwarna putih dengan garis hitam melintang dan garis putih lebar pada sayap. Tanduk rangkong gading berwarna kuning-merah padam, tinggi, berbentuk kotak. Kulit leher berwarna merah tanpa bulu pada jantan, sedangkan betina berwarna biru pucat. Mata memiliki iris berwarna merah, paruh berwarna kuning dan merah, kaki berwarna coklat.
Rangkong Gading memiliki suara satu seri nada “tuk” dan juga suara mirip terompet: “tuut, tuut,…” yang sangat keras dan diulangi. Penyebarannya di hutan dataran rendah dengan pepohonan tinggi, sampai pada ketinnggian 1.500 mdpl. Kebiasaannya pasangan hidup pada tajuk atas, berbaur dengan enggang lain pada pohon besar yang sedang berbuah.
6. Spesies Genus Anorrhinus
Genus Anorrhinus juga dikenal sebagai burung enggang coklat. Genus Anorrhinus memiliki ukuran tubuh mulai 60-65 cm dengan dengan berat tubuhnya 680-1.250 gram. Genus ini terdiri dari satu spesies yaitu Anorrhinus galeritus. Enggang klihingan atau enggang belukar (Anorrhinus galeritus) memiliki ukuran tubuh 70 cm. Ekor berwarna coklat keabu-abuan dengan garis lebar hitam pada ujungnya.
Kulitnya tidak berbulu di sekitar mata dan tenggorokan berwarna biru. Enggang klihingan jantan memiliki iris berwarna merah , pada betina irisnya berwarna hitam, dan pada remaja berwarna biru. Paruh enggang klihingan jantan berwarna hitam, sedangkan pada betina berwarna keputih-putihan.
Penyebaran enggang klihingan (Anorrhinus galeritus) di hutan dataran rendah dan perbukitan, sampai ketinggian 1.800 mdpl. Kebiasaannya hidup berkelompok yang ribut antara 5 sampai 15 ekor dan pada umumnya mencari makan pada tajuk tengah di hutan lebat.
Habitat Burung Rangkong
Kelestarian burung sangat ditentukan oleh ketersediaan habitat yang sesuai sebagai tempat hidupnya. Keberadaan vegetasi pohon sebagai habitat bersarang dan sumber pakan merupakan dua hal yang sangat penting bagi kelestarian burung rangkong. Habitat burung rangkong adalah hutan primer dan hutan sekunder. Burung rangkong menyukai habitat hutan yang lebat dengan banyak pohon buah-buahan. Hutan primer yang masih banyak dijumpai pohon-pohon besar untuk bersarang sangat disukai. Burung rangkong juga dapat hidup rukun dengan primata di sebuah pohon yang berbuah.
Selain itu burung rangkong juga terdapat di hutan hutan sekunder. Hutan sekunder juga terdapat pohon pakan untuk burung rangkong mencari makan atau bersarang. Burung rangkong memerlukan lubang besar pada pohon yang masih hidup. Spesies burung rangkong yang relatif kecil memerlukan pohon dengan diameter lebih dari 20 cm, sedang spesies yang lebih besar memerlukan setidaknya lubang pada pohon dengan diameter lebih dari 60 cm.
Burung rangkong lebih banyak memanfaatkan dan menyukai tumbuhan yang berbuah, selain untuk memenuhi kebutuhan pakannya juga untuk melakukan aktivitas lainnya seperti istirahat dan bermain. Sarang burung rangkong berada di dalam lubang pohon yang masih hidup. Lubang yang digunakan dapat berupa lubang alami atau lubang bekas sarang pelatuk. Pada masa mengerami, betina akan mengurung diri selama masa mengerami dan jantan akan setia melayani istrinya, karena rangkong dikenal sebagai burung yang setia pada pasangan (monogami).
Pada saat membesarkan anak-anaknya maka pejantan dan betinanya melakukan peranan masing-masing. Pada masa-masa ini pejantan akan bertugas mencari makanan berupa buah-buahan, kadal, kelelawar, tikus, ular dan berbagai jenis serangga, sedangkan betinanya akan bertugas untuk menjaga anak-anaknya di dalam sarang.
Hal ini akan dilakukan selama anaknya belum bisa terbang. Kebiasaan bersarang rangkong tergolong unik dan cenderung menggunakan sarang yang sama pada saat musim berkembang biak. Burung rangkong mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu daya tarik tersendiri. Saat meletakkan telur, individu betina akan masuk ke dalam lubang, dan menyegel (menutupi) lubang sarang dengan kotoran maupun tanah liat sehingga hanya menyisakan sedikit lubang tempat pejantan memberi makanan.
Makanan Burung Rangkong
Burung rangkong termasuk frugivorous yang sistem pencernaannya tidak merusak biji. Biji-biji yang tersebar melalui kotorannya berperan dalam membantu penyebaran biji di hutan dan meregenerasi hutan secara alami. Pakan utama burung rangkong adalah buah ara (Ficus sp). Hal ini dibuktikan dari 54 jenis burung rangkong di Asia, 40 jenisnya memakan buah ara sebagai pakan utama.
Jenis-jenis Ficus atau buah ara memegang banyak peran penting bagi banyak jenis pemakan buah. Ficus merupakan sumber pakan utama bagi Julang Emas (Aceros undulatus), selain bertengger di pohon tersebut untuk beristirahat juga memakan buah ficus. Burung ini merupakan jenis pemakan buah masak.
Pada musim berbiak sebanyak 69% dari pakannya merupakan buah Ficus. Selain makan buah-buahan, rangkong juga memakan kadal, kelelawar, tikus, ular, tupai dan berbagai jenis serangga. Burung Rangkong juga memakan biji-bijian apabila produksi buah menurun.
Demikianlah artikel Habitat dan Morfologi Burung Rangkong yang bisa anda jadikan sebagai bahan referensi tambahan untuk pelajaran biologi, sekian dan terima kasih
Demikianlah artikel Habitat dan Morfologi Burung Rangkong yang bisa anda jadikan sebagai bahan referensi tambahan untuk pelajaran biologi, sekian dan terima kasih
Sources :
Ayat, Asep., 2011. Burung Burung Agroforest di Sumatera. Bogor: The World Agroforestry Centre.
Bibby, Colin., dkk. 2000. Bird Surveys. Cambridge: BirdLife International.
Beehler, Bruce M., dkk. 2001. Burung-Burung di Papua. Bogor: LIPI-Seri Panduan Lapangan.
Derek Holmes., dan Karen Phillip., 1999. Burung-Burung di Sulawesi. Bogor: LIPI-Seri Panduan Lapangan.
Diah Irawati Dwi Arini., dan Lilik Budi Prasetyo., Komposisi Avifauna di Beberapa Tipe Lansekap Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Jurnal, (Balai Penelitian Kehutanan Manado, 2013. Vol. 10, No. 02).
Media Informasi BKSDA Kalimantan Timur. 2009. Buletin Chelonia edisi 3. Kalimantan Timur.
Meijaard. Erik, Hutan Pasca Pemanenan: Melindungi Satwa Liar dalam Kegiatan Hutan Produksi di Kalimantan, (Bogor: Center for International Forestry Research (CIFOR), 2006).
Mudappa, D. Raman, T. R. S., Hornbills and Endemic Birds: A Conservation Status Survey Across the Western Ghats, (India: Nature Conservation Foundation, 2008).
0 Response to "Habitat dan Morfologi Burung Rangkong"
Posting Komentar